Makalah Rene Descrates 'Pertarungan Antara Jiwa Dan Tubuh'


Rene Descrates
“Pertarungan Antara Jiwa dan Tubuh”


Disusun oleh :
Robik Jesin (1414331009)



Jurusan Filsafat Agama
Semester IV

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2016

A.    Pendahuluan
1.      Latar belakang
Pada abad pertengahan, filsafat barat bisa dikatakan mati di tangan gereja atau terpenjara di balik otoritas gereja yang memegang penuh kebenaran. Pada waktu itu, pemikiran-pemikiran boleh lahir selama tidak bertentangan dengan gereja dan apa yang ada dalam kitab Tuhan. Dan mereka yang tidak sejalan lebih banyak berakhir di tiang gantungan. Hal ini berlangsung lama sampai terjadinya aufklarung yang membebaskan filsafat dan mengantarnya pada fase modern.
Berbicara tentang filsafat modern sendiri, tidak bisa lepas dari seorang Rene Descartes sebagai bapak filsafat modern sendiri. Dia mulai membangun kembali rasionalitas filsafat sekaligus merubah orientasinya. Filsafat yang pada masa pertengahan berorientasi pada kitab suci dan hati, mengekang akal untuk mengkritisi bahkan sampai dengan kekerasan fisik. Diawali dari Descartes ini lah akan kembali bebas lewat berbagai pemikiran yang dihasilkannya.
Pada masa modern orientasi filsafat jauh berbeda dari sebelumnya yang lebih mengerucut pada wilayah teologis dogmatis. Seiring perkembangan IPTEK, Descartes dan yang lainnya lebih tertarik pada manusia sebagai pusat dan aktor sejarah. Manusia yang karena akalnya menjadi tampil beda dengan yang lainnya. Maka segala bentuk kebenaran yang sebelumnya di bawah otoritas gereja dipertanyakan kembali dengan berbagai kecenderungan masing-masing.

2.      Rumusan masalah
Bagaimana Filsafat Descrates Tentang Jiwa dan Tubuh?
3.      Tujuan penulisan
Mengetahui Filsafat Descrates Tentang jiwa dan Tubuh








B.      Pembahasan
1.      Biografi
Rene Descrates Dia lahir pada tanggal 31 maret 1596 di la haye, provinsi Teuraine, Perancis. Descartes kecil mendapat nama baptis Rene,ia belajar di Jesuit College La Universitas Poitiers, tetapi Descartes tidak pernah mempraktikannya. Dari 1616 sampai 1628 ,Descartes banyak melakukan pengalaman dari satu Negara ke Negara lainnya. Ia masuk dinas ketentaraan yang berbeda-beda. Descartes menetap di Belanda karna dianggapnya Belanda lebih menyediakan kebebasan intelektual di bandingkan Negara-negara lainnya.[1]
Rene Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern. Kata bapak di berikan kepada Descartes karna dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang di hasilkan oleh pengetahuan aqliyah. Dialah orang pertama diakhir abad pertengahan itu menyusun argumentasi yang kuat,yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat harus akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya. Filsafat yang di bawakan Descartes mempunyai corak yang berlawanan dengan corak pada abad pertengahan Kristen.
Dia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafatlah harus lah rasio. Tokoh-tokoh gereja itu tetap yakin bahwa dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam credo ut intelegian dasi anselmus itu.

2.      Pemikiran
Aliran filsafat yang berasal dari Descartes biasanya di sebut rasionalisme. Dalam memahami aliran ini, kita harus memperhatikan dua masalah utama yang keduanya diwarisi dari Descartes. Pertama masalah mengenai substansi, dan kedua masalah hubungan antara jiwa dan tubuh.
Pemikiran filsafat Descartes berujung pada kelahiran rasionalisme ini yang cenderung mengabaikan tuhan dan agama, maka perjalanan pemikiran filsafati al-Ghazali sama sekali berbeda dengan Descartes. Al-ghazali sampai pada keyakinan yang kuat akan adanya Tuhan dengan melalui jalan tasawuf yang berpuncak pada ma’rifat, yakni pengetahuan intuitif.[2]
Untuk menyelesaikan kedua masalah tersebut memerlukan sebuah metode. Dan Descartes sudah mendapatkan metodenya yaitu “dengan menyangsingkan segala-galanya, dan keragu-raguan (skeptisisme) ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang kita miliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini kita anggap pasti (misalnya bahwa ada suatu dunia material; bahwa saya mempunyai tubuh; bahwa Allah ada)“.
a)    Substansi
Descartes kemudian kembali berfikir adakah suatu benda yang tidak dapat di ragukan keberadaannya? Ia mengajukan tiga hal, yaitu gerak, jumlah, dan besaran (matematika(ilmu pasti)). Akan tetapi ia kembali ragu, karena ia kadang-kadang salah ketika menghitung. Dengan demikian, ilmu pasti pun ia ragukan, ia mengambil kesimpulan bahwa ia ragu karena ia berfikir.[3] Kemudian ia mengungkapkan “aku yang sedang ragu-ragu menandakan aku sedang berfikir dan karna aku berfikir, maka aku ada(cogito ergo sum).
Cogito ergo sum dianggap sebagai fase yang paling penting dalam filsafat Descartes. Aku yang sedang berfikir adalah suatu substansi yang seluruh tabiat dan hakikatnya terdiri dari pikiran, dan untuk berada tidak memerlukan suatu tempat atau sesuatau yang bersifat bendawi. Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga ide bawaa. Ketiga ide sudah ada pada diri saya sejak saya lahir yaitu pemikiran, Allah dan keluasan.
Mengenai Substansi jiwa dan materi, Descartes menyimpulkan bahwa selain dari Allah ada dua Substansi ,pertama, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran. Kedua materi yang hakikatnya adalah keluasan.[6]
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dua substansi: jiwa dan tubuh .jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasaan.
b)   Pertarungan Jiwa dan Tubuh
Rene Descartes adalah seorang filsuf yang mempunyai obsesi menjawab semua pertanyaan tentang bagaimana ilmu-ilmu non-matematika bisa memiliki kepastian yang sama dengan hasil-hasil yang diraih oleh geometri analisis. Dalam hal pertarungan antara jiwa dan tubuh dan jawaban Descartes adalah : “dengan menerapkan cara berpikir geometris pada seluruh bidang pengetahuan ,tanpa kecuali “.[4]
Rene Descartes seorang yang mengadakan pembalikan atas struktur yang di buat oleh Aristoteles dan  para pengikutnya, yaitu fungsi jiwa dipandang sebagai faktor utama yang bisa menjelaskan seluruh fenomena kehidupan. Ia juga dengan jelas menolak gagasan Aristoteles tenang jiwa atau pikiran sebagai suatu yang menggerakan raga.[5] Akan tetapi dikemudian hari terbukti fungsi jiwa tersebut tidak bisa menjelaskan dirinya sendiri berdasarkan unit-unit yang lebih besar. Organisme-organisme hidup misalnya, dipercaya mampu bereproduksi, bergerak dan berfikir karena mereka memiliki jiwa-jiwa vegetative, hewani dan rasional. Namun analisis mereka tidak beranjak lebih jauh dari itu.[6]
Pada prinsipnya, Descartes ingin menunjukan kepada kita jalan menuju kepastian . Jalan itu melalui keraguan-keraguan, yakni meragukan segala hal, dan kemudian mengambil sebagai aksioma apapun yang terbukti tidak dapat di ragukan lagi.[7]
Dalam bukunya Diskurus tentang metode karya Descartes menggambarkan awal usaha filosofisnya untuk meragukan semua hal secara sistematis. Pertama-tama Descartes berasumsi bahwa segala-galanya bisa diragukan, termasuk kesan-kesan indrawi yan sangat jelas dan terpilah-pilah, serta sifat dasar dunia fisis yang dulu dianggap sudah jelas dan pasti.[8]

Descartes berkeyakinan bahwa ia dapat menerima keberadaan dirinya yang sedang befikir dengan aman sebagai prinsip pertama dari filsafat. Dengan demkian tindakan meragukan tersebut justru memberikan bukti adanya kepastian yang diinginkan oleh Dirinya. [9]
Jiwa, kata Descartes tidak pernah tampak secara langsung dalam kesadaran kita, seperti halnya pengalaman indrawi. Descartes pun dinamakan dualis karena pembedaan yang tajam antara dua subtansi jiwa dan tubuh. Descartes mengatakan banyak gejala penting yang bukan merupakan hasil dari tubuh atau jiwa semata-mata, melainkan hasil dari banyak bentuk interaksi yang berbeda di antara kedua subtansi tersebut. itulah sebabnya system filsafatnya sering disebut dualism interaktif.[10]

Dimana tempat yang paling pas untuk interaksi tubuh dan jiwa?
Descartes beranggapan antara jiwa dan tubuh pastilah ada konflik. Konflik - konflik demikian tidak pernah terjadi dalam jiwa itu sendiri. Melainkan selalu terjadi antara jiwa terhadap tubuh. Bagi Descartes jiwa adalah terpadu, rasional, dan konsisten tetepi juga terbatas kekuatannya dalam menghadapi tubuh, yang seringkali sukar dikendalikan. Kalau jiwa memutuskan menentang tubuh, maka pertarungan akan berlangsung di dalam kelenjar peneal. Dimana tidak ada satu pihak pun yang di untungkan.[11]
Dengan demikian persaingan atau pertarungan antara tubuh dan jiwa tidak lain adalah esensi dari kondisi manusia yang sebernanya. Metode-metode yang dikemukakan merupakan langkah awal lahirnya pemikiran  modern. Descartes hadir untuk menanamkan dasar filsafat yang baru,yaitu akal. Ia mengungkapkan metodenya yang terkenal tentang keraguan (Cartesian doubt) atau yang lebih di kenala dengan cagito Descartes.
Akal yang ia gunakan untuk dasar filsafat, ia jadikan sebagai titik acuan awal pemikirannya yang di tuangkan dalam karya-karya besarnya yaitu Rules For The Direction Of The Under Standing pada tahun 1620 dan 1701, Le Monde tahun 1634,Descouvse On Method tahun 1637, Meditation On Jiust Philoshofy tahun 1641 danPrinciples Of Pholoshopy tahun 1644.[12]
Tahap-tahap pemikiran Descartes untuk mencari kebenaran sejati melalui dengan langkah-langkah yang polos dan jernih. Kemudian, ia meneliti sejumlah besar pendapat yang keliru (menurutnya), yang umumnya sudah di sepakati orang. Ia meragukan apa saja. Meragukan  kepercayaan, meragukan pendapat yang sudah berlaku dan lain-lain. Ia berfikir setiap benda yang ia tahu memalui panca indranya adalah benar-benar di ragukan keberadaannya. Bahkan ia meragukan apakah tangan dan tubuh itu adalah miliknya.[13]
Menurut Descartes ada empat  keadaan yaitu (mimpi, halusinasi, ilusi ,roh halus) juga dalam jaga ada sesuatu yang muncul. Yang selalu muncul adalah gerak, jumlah dan volume. Kemudian dia juga ragu, yang ketiga macam itu adalah matematika. Dan matematika dapat salah.
Descartes mencontohkan keadaannya sedang duduk dan berpakain rapi, ia meragukan keadaan tersebut karena ia pernah mengalaminya ketika bermimpi. Prinsipnya, Descartes berpendapat bahwa tidak ada perbadaan yang jelas antara sadar (keadaan ) dan sedang bermimpi. Argumennya tentang eksistensi Tuhan di mulai dengan kesadaran akan dirinya sendiri sebagai yang ada, yang keraguan tidak sempurna, tetapi mampu membuat gagasan tentang Tuhan sebagai wujud yang sempurna. Gagasan sempurna ini, menurutnya hanya dapat berasal dari wujud yang sempurna. Oleh karna itu Tuhan pasti ada sebagai sumbernya.
Filsafat menurut Rene descartes adalah kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan,alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.[14]
Descartes percaya kebenaran dapat di cari berdasarkan penalaran proposi-proposi (pernyataan-pernyataan) yang terlepas dari pengalaman indrawi sebagaimana  di praktikan dalam matematika. Semuanya di peroleh dengan menggunakan akal pikiran . Pikiran seperti ini tidak mengherankan dari seorang descartes, sebab pada mulanya ialah seorang matikawan.[15]



C.    Penutupan
Kesimpulan
Kempulan yang dapat di ambil, Descartes meneliti sesuatu berangkat dari keraguan, dari keraguan tersebut, ia mengetahui bahwa dasar pemikiran yang harus dipakai adalah akal hingga ia mendapatkan kepastian yang memuaskan dirinya, Akan tetapi, rasionalisme yang ia kembangkan, meskipun berawal dari objektivitas telah menimbulkan subjektivitasme dan relativitasme.
Sifat subjektif, individualistis, humanis ini yang mendorong perkembangan filsafat modern. Keraguan Descartes hanya di tunjukan untuk menjelaskan pembeda sesuatu yang dapat di ragukan dari suatu yang tidak dapa dasat diragukan. Ini lah titik awal kemenangan akal atas iman pada zaman modern. Yang menjadi dasar filsafat Descartes adalah “ karna aku berfikir itulah yang benar-benar ada, tidak di ragukan”.
Descartes percaya kebenaran dapat di cari berdasarkan penalaran proposi-proposi (pernyataan-pernyataan) yang terlepas dari pengalaman indrawi sebagaimana  di praktikan dalam matematika. Semuanya di peroleh dengan menggunakan akal pikiran . Pikiran seperti ini tidak mengherankan dari seorang descartes, sebab pada mulanya ialah seorang matikawan.



Daftar Pustaka
Abidin,Zainal.2011.Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung:Pt Remaja Rosdakarya Offset.
Praja.PROF.DR.Juhaya S.2008.Aliran-Aliran Filsafat & Etika .Jakarta : Kencana-Prana Media.
Rachmat,ET AL.Dr Aceng.2011.Filsafat Ilmu Lanjutan.Jakarta:Kencana –Prana Media Group.
Sofyan,M.Si.Drs.Ayi.2010.Kapita Selekta Filsafat.Bandung:CV.Pustaka Setia.
Drs.Surajiyo.2008.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta:PT Bumi Aksara




[1] . Ayi Sofyan.Kapita Selekta Filsafat.(Bandung:CV.Pustaka Setia.2010),hal.136
[2] . Juhaya S Praja.Aliran-Aliran Filsafat & Etika (Jakarta : Kencana-Prana Media.2008),hal.95-96
[3] . Ayi Sofyan.op cit,hal.138
[4] . Zainal Abidin.filsafat manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011),hal.52-53
[5] . Ayi Sofyan.log cit
[6] . Zainal Abidin.log cit
[7] . Ibid.log cit.
[8] .Ibid.op cit.hal.62
[9] . Ibid, log Cit
[10] . ibid.op cit.h.63-64

[11] . ibid.op cit,h.67
[12] . Ayi Sofyan.op cit.,h.137

[13] . Ibid..log cit.h.137
[14] . Surajiyo.ilmu filsafat suatu pengantar(Jakarta:pt bumi aksara.2008),hal.2

[15] . Aceng Rachmat.Filsafat Ilmu Lanjutan(Jakarta:Kencana –Prana Media Group. 2011),hal.169

Komentar

Postingan Populer