Materialisme Dialektik & Historis

     

         Karl Marx
·      Materialisme Dialektik
Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik dengan gagasan Filsuf Jerman, yaitu George Hegel (1170-1831), adalah tokoh dari madzhab idealisme. Hegel mengatakan bahwa proses ini dilandasi oleh dua gagasan: pertama, bahwa semua berkembang terus-menerus dan berubah. Kedua, bahwa semua mempunyai hubungan satu sama lain. Misalnya saja suatu konsep A  yang dianggap sebagai kebenaran, pada hakekatnya mengandung unsur-unsur kebenaran, akan tetapi juga unsur-unsur yang tidak benar. Agar supaya manusia dapat menangkap konsep yang lebih mendekati kebenaran yang sempurna, maka konsep A harus dihadapkan dengan konsep B, Konsep B adalah kebalikan dari konsep A. Dari hasil konfrontasi antara konsep A dan B, kemudian timbula konsep C yang dinamakan sintesis dan merupakan hasil dari pergumulan antara tesis (konsep A) dan antitesis (konsep B). Proses inilah yang dinamakan gerak yang berdasarkan hukum dialektik. Oleh karena semua bergerak dan berubah, maka lambat laun sintesis berubah menjadi tesis dan proses dialektis mulai lagi dari permulaan.
Namun Marx menolak asas pokok dari aliran idealisme yang beranggapan bahwa hukum dialektik hanya berlaku pada dunia abstrak, yaitu dalam pikiran manusia. Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia kebendaan (dunia materi), sesuai dengan pandangan itu ia menamakan ajaranya Materialisme. Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap benda atau keadaan (Phenomenon) dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang berlawanan (opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam keseimbangan; dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di negasi-kan.
Sesuai dengan hukum dialektik, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang lebih baru. Setiap negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontadiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setiap objek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk penghancuran diri sendiri untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari taraf yang rendah ke taraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat-lompat melalui gerak spriral ke atas dan tidak melalui gerak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi maka selesailah perkembangan dialektis.


·      Materialisme Historis
Pokok-pokok materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat dari permulaan zaman sampai masyarakat pada zaman Marx berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialisme historikal (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori Marx juga sering disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah” (economic interpretation of history). Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau berkembang menurut hukum-hukum dialektis (yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas) sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada.
Menurut Marx perkembangan dialektis terjadi lebih dahulu dalam struktur bawah (atau basis) dari masyarakat, yang kemudian menggerakan “struktur atasnya”. Basis dari masyarakat bersifat ekonomis dan terdiri atas dua aspek, yaitu cara berproduksi (misalnya teknik dan alat-alat) dan hubungan ekonomi (misalnya system hak milik, pertukaran dan distribusi barang). Diatas basis ekonomi berkembanglah struktur atas yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep-konsep hukum, kesenian, agama, dan yang dinamakan ideologi. Perubahan sosial politik dalam masyarakat disebabkan oleh perubahan dalam basis ekonomi yakni pertentangan atau kontradiksi dalam kepentingan-kepentingan terhadap tenaga-tenaga produktif, sedangkan lokomotif dari perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara kelas sosial.
Berdasarkan hukum dialetika, masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat kapitalis di mana Marx berada. Gerak dialektis ini mulai pada saat komune primitive berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dan karena itu mengenal juga pembagian dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune primitive pada suatu ketika menjadi masyarakat berkelas dan pada saat itulah gerak dialektis mulai. Gerak ini disebabkan oleh pertentangan antara dua kelas utama di dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas pertama, yaitu masyarakat budak, terjadi pertentangan antara kelas pemilik budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feudal yang pada gilirannya pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas penggarap tanah – pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi berubah menjadi masyarakat kapitalis. Menurut teori sosial ini, maka masyarakat kapitalis, terdorong oleh pertentangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar, akan berubah sebagai gerak dialektis terakhir menjadi masyarakat komunis.
Perkembangan ini menurut Marx adalah tidak terelakkan, karena sudah merupakan hukum sosial. Dalam usaha mencapai masyarakat komunis, kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan dictator proletariat akhirnya akan tercapailah masyarakat komunis. Mengenai dictator proletariat dikatakan oleh Marx:

Antara masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatu masa peralihan dimana terjadi transformasi secara revolusioner dari masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis. Ini sesuai dengan adanya masyarakat peralihan politik dimana Negara merupakan, tidak lain dan tidak bukan, dictator revolusioner dari kaum proletar”.

Menurut Marx, pertarungan antara kaumkapitalis dan proletar adalah merupakan pertentangan kelas yang terakhir dan dengan demikian akan berakhirlah gerak dialektis.

Masyarakat komunis yang dicita-citakan oleh Marx merupakan masyarakat dimana tidak ada kelas sosial (Classless society), diamana manusia dibebaskan dari keteriakatanya kepada milik pribadi, dan dimana tidak ada eksploitasi, penindasan dan paksaan. Akan tetapi, merupakan hal yang aneh bahwa untuk mencapai masyarakat yang bebas dari paksaan itu perlu melalui jalan paksaan dan kekerasan, yaitu dengan perebutan kekuasaan oleh kaum buruh dari tangan kaum kapitalis. Dikatakan Marx “Kekerasan adalah bidan dari setiap masyarakat lama yang seadng hamil tua dengan masyarakat baru”

Komentar

Postingan Populer